Si Bocah Penyemir Sepatu

Sambil menunggu kedatangan kereta api, saya memilih untuk duduk-duduk di ruang tunggu stasion. Sengaja saya memilih bangku di pojok menghadap pelataran parkir agar dapat menikmati pemandangan kota Jakarta menjelang senja. Station Gambir saat itu memang sedang ramai. Maklumlah, menjelang akhir pekan banyak warga masyarakat untuk bepergian menggunakan jasa kereta api. Antrian panjang pun terlihat di loket penjualan karcis. Terutama di loket untuk rute ke jawa tengah dan jawa timur. Baru saja saya membuka lipatan Koran sore, seorang bocah datang menghampiri. Di tangan kiri nya menggenggam kotak kayu yang berisi beberapa kaleng semir, sikat, dan lap. Dengan sedikit basa-basi, dia menawarkan jasa menyemir sepatu. Saya hanya mengangguk. Sedetik kemudian sepasang sepatu berpindah kepangkuan si bocah dan sepasang sandal jepitnya bertengger di bawah kakiku. Saya menyempatkan waktu untuk ngobrol dengan nya. Diantara gerakan tangan kecil nya- mengosok dan melap sepatu- mulutnya tak henti-hentinya berceloteh disertai mimik wajah yang lucu. Usia si bocah sekitar 10 tahun. Dia nyambi nyemir sepatu selepas sekolah untuk membantu ibunya- seorang janda tukang cuci pakaian- serta seorang adiknya yang berusia 5 tahun. Seharinya si bocah bisa memperoleh penghasilan 10-20 ribu. Lumayan, uang sebesar itu bisa untuk membeli beras dan sisanya untuk jajan atau di tabung.

0 komentar:

Posting Komentar